APBN Menjaga Momentum Penguatan Ekonomi di Tengah Tantangan Perekonomian Global
Perkembangan kasus Covid-19 baik global dan domestik relatif landai, namun kemunculan varian baru perlu diwaspadai. Vaksinasi tetap menjadi instrumen utama untuk transisi dari pandemi menuju ke endemi, akselerasi vaksinasi perlu dilanjutkan terutama di tengah kemunculan varian baru. Di Indonesia, sampai dengan 22 Juni 2022, vaksin Covid-19 telah diberikan kepada 201,24 juta masyarakat (74,5 persen populasi) untuk dosis 1, 168,59 juta masyarakat (62,4 persen) untuk dosis 2, dan 49,34 juta masyarakat (18,3 persen populasi) untuk vaksin booster.
Seiring terkendalinya pandemi Covid-19, tantangan dan risiko global bergeser ke arah peningkatan harga komoditas, memanasnya tensi geopolitik, serta percepatan pengetatan moneter AS. Selain itu, disrupsi suplai yang tak berkesudahan, serta meningkatnya inflasi dan keterbatasan likuiditas global semakin menambah downside risk (risiko negatif) terhadap prospek perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi melemah. Beberapa lembaga internasional kembali menurunkan proyeksinya, antara lain IMF (2022: 3,6 persen dan 2023: 3,6 persen) dan World Bank (2022: 2,9 persen dan 2023: 3,0 persen). “Banyak negara yang menghadapi ruang fiskal mereka yang sudah terpakai secara luar biasa pada pandemi yang lalu, sehingga ruang fiskal makin terbatas. Ini adalah risiko baru yang menyebabkan lembaga-lembaga internasional melakukan revisi ke bawah dari prediksi ekonomi,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Juni 2022, hari ini.
Meski proyeksi pertumbuhan global terkoreksi signifikan, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup kuat. World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 5,1 persen dan 5,3 persen, sementara IMF memprediksi Indonesia akan tumbuh 5,4 persen dan 6,0 persen di periode yang sama. PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Mei tetap melanjutkan ekspansi meski melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Namun demikian, konsumsi masyarakat semakin kuat dan mendukung pemulihan ekonomi. APBN 2022 hingga akhir Mei mencatatkan peningkatan surplus akibat kinerja pendapatan yang baik.
Pemulihan ekonomi domestik masih akan dibayangi tantangan dan risiko global, sehingga peran APBN sebagai shock absorber sangat diperlukan, dengan tetap memperhatikan kesehatan APBN agar tetap sustainabel dan kredibel. “Pertumbuhan ekonomi tidak tergantung lagi hanya dari sisi APBN, bahkan APBN sekarang bergeser sebagai instrumen untuk menjaga shock, tapi bukan lagi sebagai lokomotif utama untuk pertumbuhan ekonomi, karena mesin pertumbuhan sudah mulai menyala melalui konsumsi investasi dan ekspor,” tambah Menkeu. Demikian disampaikan dalam publikasi APBN Kita edisi Juni 2022.
Perekonomian Domestik Melanjutkan Tren Pemulihan, Masih Berpotensi Tumbuh Kuat di 2022
Tren positif perekonomian Indonesia ditunjukkan baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Indeks PMI Manufaktur tetap ekspansif di level 50,8, meski melambat dibandingkan bulan April yang sebesar 51,9. Selanjutnya, konsumsi listrik tumbuh positif, ditopang konsumsi listrik industri dan bisnis yang menunjukkan masih kuatnya aktivitas dunia usaha. Optimisme masyarakat meningkat pada bulan Mei 2022. IKK kembali mengalami peningkatan dari bulan April yang sebesar 113,1 menjadi 128,9 pada bulan Mei. Selain itu, mobilitas masyarakat juga terus meningkat seiring terkendalinya pandemi, rata-rata mobilitas pada kuartal II mencapai 18,6, melonjak jauh dari kuartal I yang hanya mencapai 7,1. Sejalan dengan hal tersebut, indeks penjualan riil semakin meningkat, yang diperkirakan mencapai 239,7 pada bulan Mei, dan tumbuh 5,4 persen secara tahunan. Tingkat konsumsi masyarakat tak lepas dari pengaruh momen Ramadhan dan Idul Fitri, yang ditunjukkan oleh memuncaknya Mandiri Spending Index pada awal Mei.
Neraca perdagangan masih mencatatkan surplus, pada bulan Mei sebesar USD 2,90 miliar dengan akumulasi sampai dengan Mei sebesar USD 19,79 miliar. Ekspor bulan Mei 2022 mencapai USD 21,5 miliar, didukung peningkatan ekspor migas, sementara impor bulan Mei 2022 mencapai USD 18,6 miliar. Ekspor-impor masih tumbuh positif secara tahunan dipengaruhi harga komoditas global yang masih tinggi. Cadangan devisa akhir Mei mencapai USD 135,6 miliar. Meski sedikit menurun dibandingkan bulan April, namun masih mencukupi, setara dengan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.
Tekanan inflasi global yang masih terus berlanjut mendorong kenaikan suku bunga di banyak negara serta berpotensi mendorong peningkatan cost of fund, termasuk di Indonesia. Inflasi Indonesia dalam tren meningkat, namun masih relatif moderat. Hal ini tak lepas dari peran APBN sebagai shock absorber yang mampu menahan dampak kenaikan harga komoditas global menjadi terbatas, sehingga daya beli masyarakat dan momentum pemulihan ekonomi dapat tetap terjaga.
APBN Hadir Bagi Masyarakat di Tengah Risiko Ketidakpastian Global yang Eskalatif
APBN bekerja keras melalui Belanja Negara untuk mendukung program pemulihan ekonomi dan menjaga dampak adanya ketidakpastian. Kinerja APBN hingga bulan Mei masih mencatatkan surplus, namun transmisi risiko global ke belanja dan pembiayaan perlu diantisipasi dengan upaya optimalisasi yang terus dilakukan. Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir Mei 2022 mencapai Rp938,2 triliun (34,6 persen dari pagu APBN 2022). Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp653,9 triliun serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp284,3 triliun.
Kinerja belanja K/L bulan Mei 2022 mencapai Rp319,2 triliun, antara lain dimanfaatkan untuk belanja pegawai, kegiatan operasional K/L, pengadaan peralatan/ mesin, jalan, jaringan, irigasi, serta penyaluran berbagai bansos ke masyarakat. Selanjutnya, belanja non-K/L tercapai sebesar Rp334,7 triliun. Melalui belanja non-K/L, APBN hadir untuk masyarakat dengan memberikan kompensasi BBM sebesar Rp18,1 triliun, subsidi (berupa 5,6 juta KL BBM; 2,5 juta MT LPG 3 kg; 38,4 juta pelanggan listrik bersubsidi; 3,5 juta ton pupuk; dan 46 ribu unit subsidi perumahan), dan program kartu prakerja bagi 1,1 juta orang peserta.
Alokasi PC-PEN tahun 2022 terdiri dari penanganan kesehatan sebesar Rp122,54 triliun, perlindungan masyarakat sebesar Rp154,76 triliun, dan penguatan pemulihan ekonomi sebesar Rp178,32 triliun. Realisasi PC-PEN hingga 17 Juni 2022 mencapai Rp113,5 triliun (24,9 persen dari alokasi), meliputi: a) Kesehatan Rp27,6 triliun; b) Perlinmas Rp57,0 triliun; dan c) Penguatan Pemulihan Ekonomi Rp28,8 triliun.
Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan 31 Mei 2022 mencapai Rp284,3 triliun atau 36,9 persen dari pagu APBN 2022. Utamanya didukung kepatuhan daerah dalam menyampaikan syarat salur yang lebih baik dan penyaluran dana BOS regular TA 2022 tahap I.
Pembiayaan investasi terus didorong untuk meningkatkan nilai aset dan manfaat. Pencairan alokasi Pembiayaan Investasi dilakukan berdasarkan analisis kinerja dan urgensi agar dicairkan sesuai dengan kebutuhan penerima investasi dan disertai dengan Key Performance Indicator (KPI) yang terkait dengan investasi untuk meningkatkan akuntabilitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Sampai dengan 20 Juni 2022, realisasi pembiayaan investasi mencapai Rp18 triliun, terdiri dari pencairan di antaranya kepada BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dan BLU Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Pendapatan Negara Melanjutkan Kinerja yang Baik
Hingga akhir Mei 2022, realisasi Pendapatan Negara tercatat mencapai Rp1.070,4 triliun atau 58,0 persen terhadap target pada APBN 2022. Kinerja pendapatan negara tumbuh 47,3 persen, dan diperkirakan masih akan tumbuh baik didorong mulai pulihnya aktivitas ekonomi. Secara nominal, realisasi komponen pendapatan yang bersumber dari perpajakan mencapai Rp846,1 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp224,1 triliun.
Penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak realisasinya hingga akhir Mei 2022 tercatat sebesar Rp705,82 triliun atau telah mencapai 55,80 persen terhadap target pada APBN 2022. Realisasi penerimaan pajak tersebut tumbuh 53,58 persen secara yoy. Secara nominal, capaian penerimaan pajak terutama berasal dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Nonmigas dan Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM), dimana masing-masing kontribusinya terhadap total penerimaan pajak sebesar 59,32 persen dan 35,11 persen. Kinerja penerimaan pajak yang sangat baik tak lepas dari tren peningkatan harga komoditas serta membaiknya perekonomian domestik dan global. Selain itu, kinerja penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh penurunan restitusi, implementasi program Pengungkapan Pajak Sukarela (PPS) serta kenaikan tarif PPN.
Realisasi penerimaan komponen perpajakan dari Kepabeanan dan Cukai capaiannya hingga akhir Mei 2022 sebesar Rp140,3 triliun atau telah mencapai 57,3 persen terhadap target pada APBN 2022. Kinerja penerimaan tersebut tumbuh 41,3 persen (yoy), didorong kinerja positif seluruh komponen. Kinerja Bea Masuk mencatatkan pertumbuhan 32,5 persen, didorong kontribusi sektor perdagangan dan pengolahan sebagai dampak membaiknya ekonomi nasional. Selanjutnya, kinerja bea keluar tumbuh 54,5 persen didorong tingginya harga sekaligus meningkatnya volume ekspor tembaga. Selain itu, bea keluar CPO tumbuh didukung tarif bea keluar maksimal serta pengenaan bea keluar pada produk turunannya. Sementara cukai tumbuh 41,1 persen dipengaruhi efektivitas kebijakan Cukai dan pengawasan, serta membaiknya sektor perhotelan dan pariwisata akibat relaksasi PPKM.
Realisasi PNBP sampai dengan akhir Mei 2022 mencapai Rp224,1 triliun (66,8 persen dari pagu APBN 2022), didukung peningkatan semua komponen PNBP kecuali BLU. PNBP SDA Migas tumbuh 98,1 persen didorong kenaikan ICP, PNBP SDA Non-migas tumbuh 105,3 persenn didukung kenaikan harga minerba, pendapatan kekayaan negara dipisahkan tumbuh 64,7 persen akibat adanya kenaikan setoran dividen BUMN terutama dari Himbara, PNBP lainya tumbuh 15,5 persen antara lain disebabkan oleh penjualan hasil tambang, pendapatan denda dan kompensasi DMO batu bara, serta peningkatan layanan pada K/L. Di sisi lain, pendapatan BLU terkontraksi 23 persen akibat berkurangnya pendapatan dari Lembaga Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit dan peralihan beberapa perguruan tinggi negeri BLU menjadi PTN badan hukum.
Pembiayaan APBN Responsif Mengantisipasi Dinamika Pasar Keuangan yang Volatile
Di tahun 2022, target defisit dianggarkan sebesar 4,85 persen dari PDB, lebih rendah dari target defisit tahun 2020 dan 2021. Sampai dengan akhir Mei 2022, realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp90,97 triliun atau 9,3 persen pagu APBN 2022, terdiri dari realisasi SBN (Neto) sebesar Rp75,26 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar Rp15,71 triliun. Sementara realisasi pembelian BI melalui SKB I tahun 2022 sebesar Rp32,241 triliun, terdiri dari SUN SKB I Rp17,160 triliun dan SBSN SKB I sebesar Rp15,081 triliun. Realisasi APBN sampai akhir Mei 2022 mencatat surplus 0,74 persen terhadap PDB, sehingga di akhir tahun defisit APBN 2022 diharapkan dapat menurun signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah juga terus mengupayakan kesehatan APBN agar semakin pulih.
Pada akhir Mei 2022, Pemerintah telah menerbitkan Global Sukuk sebesar USD 3,25 miliar dengan Green Sukuk terbesar secara global. Keberhasilan penerbitan SBN Valas dilanjutkan pada awal Juni 2022, melalui penerbitan Samurai Bonds sebesar JPY 81 miliar. Pemerintah tetap mengutamakan penerbitan SBN domestik, antara lain melalui penerbitan SBN Ritel sebagai upaya berkelanjutan untuk meningkatkan partisipasi investor domestik. Meski dengan target yang tinggi, penerbitan SBR011 mengalami oversubscribe hingga 2,78 kali dari target awal sebesar Rp5 triliun dan memperoleh Rp13,91 triliun dari 46.673 investor.
Meski masih diliputi ketidakpastian, pemulihan ekonomi di tahun 2022 diperkirakan akan terus berlanjut. Pemulihan ekonomi domestik hingga bulan Mei 2022 terjadi cukup kuat dan merata. Kenaikan komoditas global memberi tambahan pendapatan dan menciptakan kesehatan APBN 2022 yang semakin kuat. Konsumsi masyarakat, investasi dan ekspor tumbuh cukup kuat dan menjadi motor pemulihan ekonomi, sehingga konsolidasi APBN dapat terwujud dan berfungsi sebagai shock absorber, dan menjaga perekonomian dari tekanan ekonomi global yang masih volatile.
“Situasi yang baik masih bisa kita jaga, walaupun kondisi global sangat-sangat dinamis bahkan cenderung volatile. Kita akan terus mewaspadai pertumbuhan ekonomi kita yang juga dipengaruhi oleh global, dan juga dari sisi komposisi pertumbuhan ekonomi. Dan terakhir, kita harap APBN kita juga semakin kuat dan sehat, untuk kita bisa menjaga perekonomian kita ke depan,” pungkas Menkeu.
***
(Sumber Berita : Kementrian Keuangan)